
BBC MEDIA.NEWS NASIONAL – Pada Senin, 7 April 2025, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tercatat melemah hingga mencapai Rp17.200 per dolar AS. Pelemahan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk tekanan global dan dinamika kebijakan moneter AS.
// BACA JUGA : AKHIRNYA KEPALA DESA KEBON MANGGU AKUI ADANYA KESEPAKATAN KOMPENSASI DENGAN PERUSAHAAN TAMBANG
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) sebelumnya memproyeksikan bahwa nilai tukar rupiah pada tahun 2025 akan berada dalam rentang Rp15.800 hingga Rp16.350 per dolar AS. Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menyatakan bahwa berbagai kebijakan seperti devisa hasil ekspor (DHE), transaksi mata uang lokal (LCT), serta penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) belum mampu menjaga stabilitas rupiah.

Komite Kebijakan Ekonomi Apindo, Aviliani, menambahkan bahwa fluktuasi mata uang global masih akan berlanjut akibat penguatan dolar AS. Ia menjelaskan bahwa kebijakan insentif dari AS dan China menyebabkan banyak dolar AS kembali ke negara asalnya, sehingga menekan nilai tukar rupiah. Aviliani juga menyoroti bahwa sektor usaha yang bergantung pada impor akan terdampak signifikan akibat pelemahan rupiah, karena biaya produksi meningkat dan daya saing menurun.
// BACA JUGA : Dampak Kebijakan Tarif Donald Trump terhadap Pasar Global dan Strategi Indonesia Menghadapinya
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengungkapkan bahwa ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi, dipengaruhi oleh kebijakan tarif impor AS dan arah kebijakan bank sentral AS. Hal ini menyebabkan indeks mata uang dolar AS tetap kuat dan menekan berbagai mata uang dunia, termasuk rupiah. Bank Indonesia memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah pada 2025 akan berada dalam rentang Rp15.300 hingga Rp15.700 per dolar AS, seiring dengan prospek pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS dan kembalinya aliran modal portofolio ke pasar keuangan domestik.
Pelemahan rupiah ini menimbulkan berbagai dampak, termasuk inflasi impor akibat kenaikan harga barang impor, peningkatan beban utang luar negeri, dan tekanan pada sektor usaha yang bergantung pada impor. Bank Indonesia terus memantau pergerakan kurs dan melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
// BACA JUGA : Rusia Tetap Bekerja Sama dengan AS Meski Trump Marah kepada Putin
Dengan kondisi global yang penuh ketidakpastian, koordinasi antara kebijakan fiskal dan moneter menjadi krusial untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di tengah tekanan eksternal yang terus berlanjut.
NANDAR/RIRI.P