
BBC MEDIA.NEWS – BANDUNG – Tangkuban Parahu bukan hanya lanskap geografis, tetapi simbol jatidiri, pusaka, dan nyawa budaya Sunda. Hal itu ditegaskan oleh Deputi Taplai Lemhannas RI, Mayjen TNI Drs. Ridho Hermawan, MSc, dalam sambutannya pada Upacara Adat Sunda Nusantara Sabuana bertajuk Ngertakeun Bumi Lamba, yang digelar di Mandala Jayagiri, kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu, Minggu (22/6/2025 )

Dalam acara yang dihadiri ribuan orang dari berbagai komunitas adat Nusantara—termasuk Dayak, Minahasa, Bali, hingga Baduy—Jenderal Ridho menyoroti pentingnya Tangkuban Parahu sebagai simbol peringatan moral bagi bangsa Indonesia.
// BACA JUGA : MASYARAKAT MISKIN BINGUNG KENAPA PUNYA TUNGGAKAN BPJS : ANGGARAN PEMERINTAH KE MANA LARINYA?

“Di gunung ini bukan hanya ada cerita legenda, tetapi juga tersimpan peringatan-peringatan moral untuk kita semua,” tegasnya.
Ia menekankan bahwa kisah Sangkuriang bukan sekadar dongeng anak-anak, melainkan simbol dari keinginan dan ambisi manusia yang apabila tidak dikendalikan bisa merusak tatanan kehidupan.
// BACA JUGA : IRWAN SANTOSA TUNTASKAN PENDIDIKAN STRATEGIS PPNK LEMHANNAS RI ANGKATAN 219 TAHUN 2025
Menurutnya, pelestarian nilai-nilai budaya leluhur harus menjadi bagian dari pembangunan karakter kebangsaan, terutama di tengah tantangan global yang terus menggerus identitas lokal.

Upacara Ngertakeun Bumi Lamba sendiri merupakan ritual tahunan masyarakat adat Sunda sebagai bentuk kearifan lokal dalam menjaga harmoni antara manusia dan alam. Kegiatan ini melibatkan serangkaian prosesi spiritual seperti Ngaremokeun, Ngeteg Linggih, hingga Ngararung—yaitu pengalungan sesaji di Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu.
// BACA JUGA : Wartawan Diintimidasi Setelah Ungkap Dugaan Pelanggaran PT Bogorindo Cemerlang
Ketua Panitia, Radite Wiranatakusumah, menjelaskan bahwa selain sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan dan alam semesta, upacara ini juga bertujuan menyebarkan semangat pelestarian kepada generasi muda.
Panglima Merah Dayak Kalimantan, Jilah, serta Panglima Minahasa, Andy Rompas, turut hadir dan menyampaikan seruan persatuan masyarakat adat dalam menjaga lingkungan dan budaya.
“Kita berbeda-beda tapi satu Bhineka Tunggal Ika. Mari kita jaga adat, budaya, dan alam kita,” ujar Panglima Jilah.
SOMDANI/INDRA