
BBC MEDIA.NEWS – ISRAEL – Konflik di Timur Tengah kembali memanas. Dalam beberapa hari terakhir, ketegangan antara Israel dan Iran mencapai puncaknya dengan serangan udara, korban sipil, dan tekanan internasional yang terus meningkat.
Israel melancarkan serangkaian serangan udara ke Iran sejak pertengahan Juni 2025. Target utama adalah fasilitas nuklir di Natanz dan Esfahan. Iran menuduh Israel menyerang penjara Evin di Teheran, yang menewaskan sedikitnya 71 orang, termasuk warga sipil. Sebagai balasan, Iran meluncurkan lebih dari 100 rudal dan drone ke wilayah Israel, menyebabkan sedikitnya 22 korban luka.
//BACA JUGA : KEJARI KABUPATEN SUKABUMI TETAPKAN DUA TERSANGKA KASUS DUGAAN KORUPSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP TAHUN ANGGARAN 2024
Sementara itu, situasi di Jalur Gaza masih belum membaik. Serangan udara Israel menghantam kawasan pemukiman di Gaza City, menewaskan sekitar 60 orang, termasuk anak-anak. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa jumlah korban sipil terus bertambah setiap harinya. Di Tepi Barat, aparat keamanan Israel (Shin Bet) menangkap lebih dari 60 anggota Hamas dalam operasi terbesar dalam satu dekade.
//BACA JUGA : SERTIFIKAT WARGA 2 DESA DI SUKABUMI MENJADI JAMINAN DI BANK OLEH KOPRASI DAN TERANCAM TERLELANG
Di tengah eskalasi tersebut, negosiasi pembebasan sandera antara Israel dan Hamas sedang berlangsung. Presiden Donald Trump, yang kembali aktif dalam diplomasi internasional, menyerukan tercapainya kesepakatan damai dalam waktu dekat. Namun, Iran menyatakan skeptis atas niat damai Israel dan mengancam akan merespons jika serangan kembali terjadi.
Reaksi internasional bermunculan. Uni Eropa dan PBB mendesak gencatan senjata segera dan menyoroti kemungkinan pelanggaran hukum internasional dalam distribusi bantuan kemanusiaan di Gaza. Organisasi Médecins Sans Frontières (MSF) bahkan menyebut sistem bantuan di Gaza sebagai “mematikan” bagi warga sipil.
//BACA JUGA : LSM ANNAHL BELA LINDUNGI SUKABUMI RAYAKAN HARI JADI KE-3 : BANJIR DUKUNGAN DARI TOKOH NASIONAL HINGGA DAERAH
Konflik ini tidak hanya mengancam stabilitas kawasan, tetapi juga memperbesar potensi konflik regional yang lebih luas, termasuk keterlibatan Hizbullah dan kelompok bersenjata di Yaman.
Dengan ketegangan yang terus meningkat dan belum ada kesepakatan gencatan senjata, situasi di Timur Tengah saat ini berada di ambang krisis yang lebih besar. Dunia menanti langkah konkret dari para pemimpin untuk menghentikan kekerasan dan memulai dialog damai.
SOMDANI/RA