
BBC MEDIA.NEWS – SUKABUMI – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan terkait potensi cuaca ekstrem yang diprediksi akan terus berlangsung selama bulan Juli hingga Agustus 2025. Fenomena ini disebabkan oleh anomali iklim yang memperkuat intensitas El Nino lemah dan menghambat pembentukan awan hujan di sejumlah wilayah Indonesia.
// BACA JUGA : KEPALA SEKOLAH SDN CIBEUREUM HILIR CBM KOTA SUKABUMI KEMBALIKAN NAMA BAIK SEKOLAH
Menurut Deputi Bidang Klimatologi BMKG, suhu udara di beberapa daerah tercatat mencapai lebih dari 34°C, dengan indeks UV tinggi yang dapat membahayakan kesehatan jika terjadi paparan langsung dalam waktu lama. Cuaca panas dan kering juga menyebabkan peningkatan risiko kebakaran hutan dan lahan, terutama di wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
“Warga diimbau mengurangi aktivitas di luar ruangan saat siang hari, memperbanyak konsumsi air putih, dan mengenakan pelindung kepala atau pakaian tertutup bila harus beraktivitas di bawah sinar matahari,” ujar juru bicara BMKG.
// BACA JUGA : IJAZAH BELUM DITERIMA, ORANG TUA SISWA DUGA TERKAIT TUNGGAKAN : PIHAK MADRASAH BANTAH
Sementara itu, petani dan pelaku sektor pertanian mulai merasakan dampak kekeringan. Beberapa daerah mengalami penurunan debit air irigasi, yang berpotensi mengganggu produksi pertanian. Pemerintah daerah pun didorong untuk melakukan antisipasi, seperti pengaturan jadwal tanam dan penyediaan cadangan air.
Tidak hanya itu, masyarakat di daerah perkotaan juga terdampak dengan meningkatnya suhu malam hari, yang menyebabkan kualitas tidur menurun dan potensi gangguan kesehatan meningkat. Lembaga kesehatan menyarankan agar pendingin ruangan digunakan dengan bijak dan ventilasi rumah diatur agar udara tetap mengalir.
// BACA JUGA : SERTIFIKAT WARGA 2 DESA DI SUKABUMI MENJADI JAMINAN DI BANK OLEH KOPRASI DAN TERANCAM TERLELANG
BMKG memperkirakan cuaca panas ekstrem akan mulai mereda pada pertengahan September, seiring dengan datangnya potensi hujan lokal di beberapa wilayah. Meski begitu, kewaspadaan tetap diperlukan, terutama untuk kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, dan penderita penyakit kronis.
INDRA/SOMDANI