
BBCMedia News – Setelah berbulan-bulan mengalami serangan dan kehancuran, Kondisi warga Gaza kini menghadapi realitas pahit: tetap bertahan di kampung halaman mereka yang hancur atau mencari tempat yang lebih aman. Seiring dengan diskusi global tentang masa depan wilayah ini, banyak warga masih berjuang dengan kondisi kehidupan yang sangat terbatas.
Kehancuran yang Belum Pernah Terjadi Sebelumnya
Pemandangan di Jabalia, salah satu kamp pengungsi terbesar di Gaza, kini menyerupai puing-puing kota yang hancur. Menurut laporan BBC, area ini tampak seperti “Hiroshima kecil,” dengan bangunan yang rata dengan tanah, jalanan yang tertutup puing, dan warga yang mulai kembali untuk membangun kembali kehidupan mereka.
Di tengah reruntuhan, beberapa keluarga mendirikan tenda darurat dan mencoba menjalani kehidupan normal. Nabil, salah satu warga yang kembali ke rumahnya yang rusak parah, menegaskan tekadnya untuk tetap tinggal dan membangun kembali rumahnya demi anak-anaknya.
“Mereka ingin kita pergi tanpa membangun kembali? Bagaimana kita bisa meninggalkan tempat ini? Kita harus membangunnya kembali untuk anak-anak kita,” ujarnya kepada BBC.
Tantangan Hidup di Tengah Krisis
Kehidupan di Gaza saat ini penuh tantangan. Listrik dan air bersih sangat terbatas, sementara fasilitas kesehatan hampir tidak berfungsi. Laila Ahmed Okasha, seorang warga Gaza, mengatakan bahwa dia harus berjalan jauh hanya untuk mendapatkan air.
“Tidak ada air, listrik, atau sistem pembuangan limbah. Jika kami butuh air, kami harus berjalan jauh untuk mengisi ember,” katanya.
Banyak anak-anak Gaza kehilangan akses pendidikan, yang memperburuk dampak jangka panjang dari konflik ini. Laila khawatir akan masa depan cucunya yang tidak bisa mendapatkan pendidikan yang layak setelah perang.
Warga Dihadapkan pada Pilihan Sulit
Meskipun banyak yang bertekad untuk tetap tinggal, beberapa warga merasa tidak memiliki pilihan selain mencari kehidupan di tempat lain. Marwan, suami Laila, mengatakan bahwa jika dia memiliki kesempatan untuk pergi, dia akan segera meninggalkan Gaza.
“Saya memiliki kehidupan yang baik sebelumnya, tetapi sekarang ini adalah neraka. Jika saya punya kesempatan pergi, saya akan langsung pergi dan tidak akan tinggal di sini satu menit pun,” katanya.
Namun, ide relokasi ini menimbulkan kontroversi. Usulan seperti yang disampaikan oleh Donald Trump mengenai pemindahan penduduk Gaza ke luar wilayah mereka menuai kecaman internasional. Negara-negara Arab pun tengah merumuskan rencana rekonstruksi agar warga Gaza dapat tetap tinggal di wilayah mereka.
Masa Depan Gaza: Antara Harapan dan Ketidakpastian
Di tengah semua kehancuran ini, masih ada mereka yang tetap optimis. Sanaa Abu Ishbak, seorang ibu 11 anak, telah kembali ke tokonya yang hancur dan mencoba membangun kembali bisnisnya sebagai penjahit gaun pengantin.
“Saya mencintai kamp Jabalia dan tidak akan pergi sampai saya mati,” katanya.
Meskipun masa depan Gaza masih tidak pasti, semangat bertahan hidup warganya tetap tinggi. Namun, tanpa solusi jangka panjang dan rekonstruksi yang memadai, krisis kemanusiaan di Gaza bisa semakin memburuk.
Sumber:
BBC News: “Gazans face tough choices as their future is debated on the global stage”
1 thought on “Kondisi Gaza Pasca Perang: Warga Hadapi Pilihan Sulit di Tengah Reruntuhan”