
BBCMedia News – Korupsi bukan sekadar angka dalam laporan atau berita yang berlalu begitu saja. Ia adalah penyakit yang menggerogoti fondasi negara, menghambat pembangunan, dan menciptakan jurang ketidakadilan yang semakin lebar. Sayangnya, di Indonesia, korupsi seakan menjadi bagian dari sistem. Bukan hanya soal lemahnya hukum atau kurangnya pengawasan, tetapi ada akar yang menjadi penyebab : hilangnya rasa takut kepada Tuhan dan minimnya rasa syukur.
Selama ini, banyak yang menganggap bahwa solusi dari korupsi adalah hukum yang lebih tegas dan sistem pengawasan yang lebih ketat. Memang benar, hukum yang kuat diperlukan, tetapi apakah itu cukup? Faktanya, meski sudah ada berbagai regulasi dan lembaga antikorupsi, praktik suap, penyalahgunaan wewenang, dan penggelapan dana publik masih terus terjadi.
Masalah utamanya bukan hanya di sistem, tapi di manusia yang menjalankan sistem tersebut. Mereka yang duduk di kursi kekuasaan seharusnya menjadi pelayan rakyat, bukan malah menjadikan jabatan sebagai ladang untuk memperkaya diri. Ketika integritas kalah oleh keserakahan, dan amanah berubah menjadi kesempatan, maka lahirlah korupsi yang merugikan banyak orang.
Hilangnya Rasa Takut dan Kurangnya Rasa Syukur
Apa yang membuat seseorang tetap melakukan korupsi meski tahu risikonya? Jawabannya sederhana: karena tidak ada rasa takut kepada Tuhan. Mereka yang benar-benar meyakini adanya pertanggungjawaban di akhirat tidak akan berani mengambil hak orang lain dengan cara yang tidak sah. Ketika seseorang kehilangan kesadaran bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi, maka batasan moral dan etika pun runtuh.
Selain itu, minimnya rasa syukur juga menjadi pemicu. Seseorang yang tidak pernah merasa cukup akan selalu merasa kekurangan, meskipun sudah memiliki jabatan dan gaji yang tinggi. Ketika kerakusan menguasai hati, maka tidak ada jumlah uang yang bisa membuatnya puas. Padahal, jika setiap pemimpin dan pejabat mampu mensyukuri apa yang dimiliki dan menggunakannya untuk kepentingan rakyat, kehidupan banyak orang bisa jauh lebih baik.
Setiap rupiah yang dikorupsi adalah hak masyarakat yang seharusnya digunakan untuk membangun jalan yang lebih baik, memberikan fasilitas pendidikan yang layak, dan memastikan bahwa setiap orang memiliki akses terhadap layanan kesehatan. Namun, akibat ulah segelintir orang yang serakah, rakyat kecil harus menanggung beban.
Masyarakat kelas menengah ke bawah menjadi korban terbesar dari korupsi. Ketika dana bantuan sosial dipotong, proyek infrastruktur dikorupsi, dan anggaran pendidikan diselewengkan, yang terkena dampaknya adalah mereka yang membutuhkan. Jika saja dana publik dikelola dengan benar, kesejahteraan masyarakat bisa meningkat drastis.
Meta Deskripsi:
Kata Kunci:
Korupsi di Indonesia, penyebab korupsi, dampak korupsi, cara mengatasi korupsi, hilangnya rasa takut kepada Tuhan, kurangnya rasa syukur, solusi korupsi, pendidikan antikorupsi.