
BBCMedia News – Pasar saham global mengalami penurunan tajam setelah Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif impor baru terhadap China, Kanada, dan Meksiko. Kebijakan ini memicu ketakutan akan perang dagang besar yang dapat mengguncang ekonomi dunia.
Trump memberlakukan tarif 25% pada impor dari Kanada dan Meksiko serta 20% terhadap barang dari China. Sebagai respons, China dan Kanada segera mengumumkan tarif balasan atas barang-barang dari AS, sementara Meksiko menyatakan telah menyiapkan “rencana darurat”.
Akibat keputusan ini, tiga indeks utama pasar saham AS turun signifikan. Indeks FTSE 100 di Inggris juga dibuka lebih rendah pada Selasa, sementara bursa saham Asia turut mengalami pelemahan.
Dampak Tarif Impor bagi Ekonomi Global
Para analis memperingatkan bahwa kebijakan tarif ini bisa meningkatkan harga barang bagi rumah tangga AS dan berimbas pada konsumen di seluruh dunia, termasuk di Inggris.
Trump mengklaim bahwa kebijakan tarif ini bertujuan untuk membendung arus masuk narkoba dan imigran ilegal ke AS. Namun, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau membantah, menyatakan bahwa Kanada bertanggung jawab atas kurang dari 1% fentanyl yang masuk ke AS. Sebagai balasan, Kanada memberlakukan tarif 25% pada barang AS senilai $150 miliar.
Sementara itu, China memberlakukan tarif balasan 10-15% terhadap produk pertanian AS, seperti gandum, jagung, daging sapi, dan kedelai. Meksiko diperkirakan akan mengumumkan langkah serupa dalam waktu dekat.
Respon Pasar dan Dampak Jangka Panjang
Andrew Wilson dari International Chamber of Commerce menyebut kebijakan ini sebagai kenaikan tarif terbesar di AS sejak tahun 1940-an, yang berisiko besar bagi perekonomian global.
“Pasar saham mencerminkan risiko besar yang kita hadapi sekarang dalam perdagangan global dan ekonomi dunia,” ujarnya kepada BBC Radio 4.
Sebuah studi dari Yale University memperkirakan bahwa kebijakan ini dapat merugikan rumah tangga AS hingga $2.000 per tahun.
Ella Hoxha dari Newton Investment Management menambahkan bahwa dalam jangka pendek, kebijakan ini akan meningkatkan harga barang karena perusahaan cenderung membebankan biaya tambahan kepada konsumen.
Sementara itu, Chris Torrens dari British Chamber of Commerce di China menyebut bahwa situasi ini menjadi tantangan besar bagi bisnis Inggris yang memiliki hubungan erat dengan AS. Namun, ia juga melihat peluang untuk memperkuat hubungan ekonomi antara Inggris dan China.
Sumber BBC