
Israel Setuju Gencatan Senjata Sepanjang Ramadan dan Paskah, Warga Gaza Tetap Waswas
Israel mengumumkan akan mengadopsi proposal gencatan senjata sementara yang didukung Amerika Serikat, mencakup Ramadan dan Paskah. Keputusan ini datang hanya beberapa menit setelah berakhirnya fase pertama kesepakatan gencatan senjata sebelumnya.
Namun, Hamas belum memberikan tanggapan terkait usulan ini. Proposal tersebut mencakup pembebasan separuh tawanan yang ditahan di Gaza—baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal—pada hari pertama perpanjangan gencatan senjata. Sisanya akan dibebaskan jika kesepakatan untuk gencatan senjata permanen dapat tercapai.
Warga Gaza Ketakutan di Tengah Puing-Puing

Di Gaza, warga Palestina masih diliputi ketakutan meskipun ada kabar gencatan senjata. Mereka menjalani hari pertama Ramadan di tengah kehancuran akibat perang, khawatir bahwa pertempuran bisa kembali pecah sewaktu-waktu.
Kementerian Kesehatan Gaza mencatat 48.388 warga Palestina tewas akibat serangan Israel, sementara lebih dari 111.803 lainnya terluka. Sementara itu, Kantor Media Pemerintah Gaza memperbarui jumlah korban tewas menjadi sedikitnya 61.709, dengan ribuan orang yang masih hilang diduga terkubur di bawah reruntuhan.
Di pihak Israel, setidaknya 1.139 orang tewas dalam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023, dan lebih dari 200 orang masih ditawan.
Baca juga: OKNUM PEGAWAI PENGADILAN NEGERI KOTA SUKABUMI LECEHKAN MAHASISWA NUSA PUTRA
Warga Rafah Masih Dilarang Pulang
Meskipun gencatan senjata telah diberlakukan, penduduk Rafah tetap tidak diizinkan kembali ke rumah mereka. Kelompok advokasi Palestina, Al Mezan, melaporkan bahwa pasukan Israel masih menghancurkan properti pribadi dan publik di Rafah, bahkan enam minggu setelah gencatan senjata mulai berlaku.
Pasukan Israel tetap bercokol di Rafah, jauh di dalam kota, hingga lebih dari satu kilometer dari pusatnya. Mereka juga menguasai area garasi timur, perbatasan Palestina-Mesir di selatan, serta pagar perimeter di timur.
Lebih dari 60 persen wilayah Rafah kini ditetapkan sebagai “zona terlarang dan sangat berbahaya.” Menurut laporan Al Mezan, setiap gerakan di wilayah ini bisa langsung dibalas dengan tembakan artileri, serangan penembak jitu, atau pemboman udara.
Sejak gencatan senjata diumumkan, setidaknya 111 orang tewas dan 916 lainnya terluka akibat serangan Israel. Hampir separuh korban berasal dari Rafah, kebanyakan saat mereka mencoba memeriksa rumah dan lahan pertanian mereka. Hingga kini, sekitar 200.000 dari 300.000 penduduk Rafah masih belum bisa pulang.
Sumber: Al Jazeera